Pelabuhan Hati

Thursday, March 22, 2007

Proses

Ada ragu saat mulai melangkah. Antara ya dan tidak.
Bayang-bayang kekhawatiran berlalu lalang di alam fikirku. Keterasingan mengintai di balik semak. Ketidakpercayaandiri timbul tenggelam silih berganti.
"Ada saatnya kita harus keluar dari zona nyaman kita".
Untaian kalimat seorang sahabat terngiang mencoba menguatkan.
Tak urung, lisanku tak henti menggumamkan harap.
"Robbiy, berkahilah jalanku, jangan hantarkan ia menuju kesia-siaan".

Dan akhirnya ... disinilah aku saat ini. Berada diantara deret-deret manusia yang membentuk lingkaran. Mencoba menyelami alam berpikir mereka yang memang jauh diatasku. Tak jarang harus mengerutkan dahi dan mengulang-ulang suatu kalimat yang tersaji, sekedar untuk bisa memahami apa yang hendak disampaikan. Kata-kata asing berseliweran tak tentu arah. Agak sedikit kewalahan aku dalam menangkapnya, dan ketika lelah tak jua menemukan arti, kuputuskan untuk mengendapkannya di dasar ruang berpikirku. Tak apalah, toh intinya sudah dapat dimengerti.

Keingintahuan yang tumbuh dalam diriku, membuatku tak jemu menyimak kalimat demi kalimat yang mereka ucap, mendengarkan pemikiran-pemikiran cerdas yang terlontar, memaksa diri untuk menjangkau alam pikir mereka.
Subhanallah ..., orang-orang luar biasa itu ..., mereka tengah berjuang mengukir peradaban.
Disana, diantara mereka, aku menjalani prosesku sendiri. Proses untuk belajar dan terus belajar. Belajar dari sosok-sosok mereka yang kan merubah wajah dunia suatu saat nanti.
Pembelajaran hari ini, moga mampu menjadi bekal tuk melangkah esok hari.
'Perjuangan ini ..
kerahkan segenap kemampuan yang ada untuk nya
karena di surga takkan ada lagi perjuangan'*

* : kata-katanya unknown
afwan, lupa

kaki bukit yang duingiiinnnn
(18-19)0307
posted by Nda^_^ at 8:56 AM 3 comments

Thursday, March 15, 2007

Daun ...

Orang-orang berkata, "Menjadilah daun. Nan tegar di pucuk ranting, tak gentar menatap mentari, tegak menjulang di ketinggian".

Menjadi daun ...
Haruskah ???
Tanya yang dulu sempat muncul, kembali mengusik.
Rasanya sudah terlalu banyak daun di pohon ini.
Terbayang jika semua menjadi daun. Aku, kau, kita semua menjadi daun. Apa jadinya pohon ini ?
Bisa jadi riwayatnya berakhir sampai disini, berganti dengan tumpukan daun tanpa nafas, yang kelamaan mengering dan akhirnya musnah tanpa sisa.

Menjadi daun ???
Serasa bukan menjadi diriku. Yang tak biasa dengan ramahnya mentari dan hangatnya sapaan bayu. Yang tlah terbiasa dengan gelap dan sunyinya kedalaman, berkelana menembus rongga demi rongga diantara lapis-lapis batuan di pelosok perut bumi. Tak nampak, namun nyata adanya. Bergerak dan terus bergerak mencari mata air di dasar bumi.
Salahkah jika tetap menjadi diriku ?
Bukankah pohon ini tak hanya daun ? Pohon ini adalah batang, juga ranting, dahan, bunga dan akar. Karena adanya mereka, maka ia layak disebut pohon.

Mereka menjawab.
"Menjadi akar bukanlah kesalahan. Namun jika dengan menjadi daun akan lebih banyak bunga yang kan kembang, kenapa tidak ?!
Tidak ada salahnya mencoba belajar menjadi daun. Sembari merasakan teriknya mentari dikala garang dan hebatnya deru angin kala membadai. Toh, daun akan selalu dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya pohon ini".

Hfff ...
Menjadi daun, ... akankah ???
Entahlah.
Yang pasti, menjadi daun, menjadi akar, atau menjadi apapun nantinya, semoga masih tetap dikaruniai nafas kesabaran dan energi yang besar tuk terus bergerak dan berkembang.



:mDeeSholihatInsyaAllahAamiin (dawane ... ^_^)
Piye mbakyu, pengen menjadi daun di mana ???
Balik wae po ???? Bingung kiy ...

posted by Nda^_^ at 7:58 AM 0 comments

Friday, March 02, 2007

Going to the Beach.

Setelah sekian lama tak berkunjung ke laut, akhirnya tibalah kesempatan itu. Tema kegiatan ini adalah Road to The Beach Trough The Mountain, disingkat RTTBTTM (mekso banget !!!) ^_^.
Perjalanan dimulai pagi hari, menyusuri jalan yang sudah begitu akrab dilewati. Ini adalah kali pertama ke pantai naik motor. Dengan medan yang cukup sulit dan tak terduga. Jalan yang berliku-liku dan tajam, tanjakan dan turunan curam saling susul menyusul, terkadang terjadi kolaborasi antar keduanya yang membuat pengendara harus berkonsentrasi penuh. Alhamdulillah semua bisa teratasi, meski beberapa kali hampir tidak kuat naik tanjakan.

Sekali dua kali, berpapasan dengan penduduk setempat. Ada kekaguman yang muncul pada sosok-sosok mereka. Karena jika bukan orang yang punya kemauan kuat, optimisme tinggi, pekerja keras, ulet, dan tangguh, akan sulit sekali untuk bisa bertahan di daerah yang ’tersembunyi’ dan sedikit ’jauh dari peradaban’ ini. Sempat terpikir, jika takdir menghantarkanku untuk menetap di daerah ini, bisakah aku bertahan
?(tanda tanya besar).
Sepanjang perjalanan, tak henti lisan ini berucap tasbih.
Subhanallah, indah nian ciptaanMu ya Rabb. Ada tebing tinggi, dengan gemericik sungai didasarnya. Ada hutan yang begitu rimbun. Ada hamparan sawah dengan teras siringnya, sehingga dari jauh nampak membentuk pola-pola tertentu yang begitu cantik. Ada bukit karang yang berdiri kokoh di tengah ladang. Pada dindingnya terbentuk ukiran-ukiran unik, kreasi alam yang terlihat begitu eksotik. Salah satu bukti yang menguatkan, bahwa dahulunya, daerah ini adalah dasar laut, yang kemudian terangkat hingga jadilah seperti sekarang ini.
Subhanallah …, dibalik ketandusan dan kekeringan yang selalu terbayang setiap kali nama daerah ini disebut, Allah telah mengkaruniakan pemandangan alam yang luar biasa indah. Tak jemu aku mengagumi indahnya alam ciptaanNya. Semoga saja, masyarakat di daerah ini bisa arif dalam mengelola anugrahNya yang tak ternilai ini.

Sesaat kemudian, laut tlah terlihat dihadapan. Ombak bergulung-gulung seakan mengajak bermain. Tak sabar rasanya ingin berlarian bersama ombak, atau sekedar berteriak lepas meluapkan emosi yang tertahan.

Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya hamparan laut dan luasnya langit yang menyatu di batas cakrawala. Semuanya menginsyafkan diri, betapa kecilnya sesosok raga ini diantara Maha KaryaNya yang sempurna luar biasa. Lalu, masih pantaskah diri ini menyimpan angkuh meski hanya setitik debu ?

Deru ombak menyuarakan gemuruh yang menggetarkan jiwa. Sekali terdengar, gelegar petir di tengah siang tiada mendung. Menjadi soundtrack bagi potongan-potongan sketsa hari akhir yang begitu terang tergambar dalam sayup lantunan Al Haqqah yang terdengar. Terbayang, alangkah bahagianya kala menerima kitab dari sebelah kanan. Terasa pula betapa kecewa dan hancurnya hati dan jiwa kita, kala ternyata kitab itu datang dari arah kiri ataupun dari belakang kita.

Allahu Robbiy ..., gambaran siksa itu begitu nyata. Betapa sakitnya kala raga ini diseret dan dilemparkan ke neraka Jahim. Bagaimanakah jasad yang ringkih ini mampu menahan, kala rantai sepanjang tujuh puluh hasta mulai membelenggu dengan belenggu yang meremukkan tulang hingga ke sumsumnya ?
Astaghfirullahal ’Adzim. Hanya rahmat Allahlah yang dapat menyelamatkan kita dari beratnya siksa di Yaumil Akhir nanti.

Akhirnya ... Gerimis turun mengiringi akhir perjalanan yang tak terlupakan ini. Selamanya, ia kan menjadi kenangan indah yang takkan tergantikan.



170207
Ngandong&Sundak beach in memory
Kita akan merindukan saat-saat ini, Kawan
Uhibbukum Fillah
posted by Nda^_^ at 10:29 AM 0 comments

Melukis Pelangi

Di tengah luasnya hamparan awan yang kelabu, terserak milyaran bintang yang mengapung di hampanya semesta.
Masing-masingnya memancarkan kilau cahaya yang begitu terang, ... begitu indah.
Namun ..., terasa ada yang aneh sore itu.
Tiba-tiba saja tak satupun dari kilau itu yang menampakkan indahnya.
Semuanya kandas dan terhempas oleh semburat cahya kemerahan yang muncul di ufuk menuju batas cakrawala.
Lalu ... gerimis hadir, menyelinap diantara jeda-jeda waktu yang senyap.
Anak-anak kecil bersorak kegirangan. Mereka berlari, menyanyi dan menari dibawah siraman hujan. Kaki-kaki kecil yang tanpa alas berkecipak riang diantara percik-percik air yang menyebar ke segala penjuru. Sebuah euphoria kanak-kanak yang begitu lugu.

Di sudut lain, terlihat sekelompok anak kecil yang tengah kepayahan mendaki awan yang masih saja kelabu. Di kedua tangan masing-masing tergenggam segepok krayon warna-warni.
“Hendak kemanakah kalian ?”, satu tanya menyapa mereka.
“Kami akan melukis pelangi !!!”, jawab mereka serempak dengan penuh semangat.
Tak lama berselang, jari jemari kecil mereka telah lincah menari diatas kanvas raksasa. Ditingkahi gelak tawa ceria dan tetes-tetes hujan yang menyatu dengan peluh mereka.

Ada merah yang tertoreh di lengkung paling atas. Diikuti Jingga, Kuning, dan akhirnya ungu.

Lalu ... Jadilah pelangi itu.

Hasilnya, jelas tidak bisa dibandingkan dengan pelangi yang sebenarnya.
Namun dibalik kesederhanaannya, terkandung pesan cinta yang sarat makna.
Sebuah persembahan yang apa adanya. Bingkisan kecil yang berbingkai pengabdian sejati, berbungkus persaudaraan yang tiada mengenal kasta, berpitakan cinta dan kasih sayang pada sesama.
Mengajak dunia agar tak terlalu lama tunduk dalam kesedihan dan ratapan, dan mulai menengadah ke atas, ke arah awan dengan hiasan pelanginya yang melukiskan akan adanya harapan indah nan berwarna warni tengah menanti untuk diraih.

Senyum puas menghiasi wajah-wajah polos mereka yang kelelahan dan tengah terlelap dalam mimpi berselimutkan awan.
Saat jaganya, mereka akan kembali melukis pelangi, di langit-langit dunia yang tengah dilanda duka.

posted by Nda^_^ at 8:55 AM 0 comments

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net