Pelabuhan Hati
Monday, August 25, 2008
Resah ...
Kadang, terbersit ingin tuk melepasnya
Membohongi diri, mwnganggap semua baik-baik saja
Menepikan nurani, mengabaikannya ...
Membiarkannya, hingga perlahan kehabisan nafas
Pikiran bodoh yang segera ditepis sejauh mungkin
Resah ini, seringkali diri meragu
Haruskah bertahan ???!!!
Berkali-kali pula
Sekuat tenaga pula meyakinkan
Bersabar ..., bertahan ....
Ada saatnya tetap bertahan
Kelak tiba masanya, kan tahu kapan harus melangkah
Resah ini meski berat rasa menanggungnya
Harus selalu disyukuri adanya
Karena ia, perlambang nurani yang masih tetap berdetak
”Robbiy adkhilni mudkhola shidqi
Wa akhrijni mukhroja shidqi
Waj’alni milladunka Shultoonan Nashiiro ”
:nuraniku, taklukkan lenanya badai dunia
Bismillah ...
Laa Haula wa laa Quwwata ilaa Billah ...
Tuesday, August 12, 2008
Sepenggal Gumam
Sekarang, saya sedikit ngerti maksudnya.
Kemarin, waktu ngobrol-ngobrol bareng sahabat saya, saya utarakan berbagai hal (yang menurut saya) kontradiktif yang saya alami.
Dia hanya tersenyum sambil menarik nafas.
”Menurutku, sebenarnya itu bukan masalah kok. Dan hal-hal itu nggak perlu dipertentangkan. Masih bisa disiasati”
Gantian saya yang menarik nafas.
Mencoba meresapinya.
Setelah dipikir-pikir, ya, sebenarnya masalahnya memang simpel. Keinginan saya yang pengen begini dan begitu lah yang membuat perkara yang simpel itu jadi begitu rumit.
Dan pembicaraan sore sesaat sebelum saya berangkat itupun diakhiri.
Kereta malam berjalan pelan meninggalkan Jogja, diiringi instrumentalia lagu KLA Project, yang tlah begitu lekat dengan jogja, Jogjakarta.
Sebaris kata sempat terbisik, diantara sadar dan tidak sadar, antara doa dan sepenggal gumam.
Yah, paling nggak ada sedikit gambaran atas apa yang perlu dipertahankan dan mana yang akan dilepaskan.