Pelabuhan Hati

Sunday, September 02, 2007

A New Day

"Selamat menempuh hidup baru, semoga apa yang kau citakan bertemu dengan ridho Allah".
Ucapmu, sesaat sebelum menutup hari.
Hfff ... Hidup baru ...
Saat merenungkannya, ada satu yang merenggut cemasku.
Idealisme...
Ia yang selama ini tlah coba dibangun, kini harus berjuang keras tuk tetap mempertahankan eksistensinya.
Disaat ia bertemu dengan realita yang jauh dari bayangan,
Dikala ia berdiri sendiri dengan hanya setetes atau bahkan tanpa peneguhan,
Diwaktu ia harus berhadapan dengan sgala hal yang tak sejalan,
Semua bermuara pada satu tanya besar,
Mampukah ... ?
Memang, suatu idealisme, baru akan teruji ketangguhannya, disaat ia mampu bertahan diatas berbagai realita yang ada, dan itu bukanlah hal yang mudah.
Teringat pesan singkat dari seorang saudara, sesaat sebelum melangkah ke ruang sidang beberapa waktu lalu,
"sesungguhnya mujahidah sejati adalah yang teruji imannya dalam menghadapi realita, ia tegar serupa gunung, hatinya tidak pernah lemah dan takut kecuali pada Allah.
HIDUP ADALAH KEBERANIAN DAN KERJA KERAS!!".
Mujahidah sejati ..., sebutan itu memang belum pantas tuk disandang. Namun semoga, niat dan tekad ini, mampu menghantarkan diri menujunya dan dapat mempertahankan idealisme diri hingga ke akhirnya.
Semoga ...
posted by Nda^_^ at 12:50 PM 0 comments

Rumah Cahaya

Rumah cahaya, begitu kami menyebutnya. Rumah tempat kami belajar, berkembang, beraktivitas dan berproses untuk menjadi lebih baik. Rumah tempat berteduh ketika mentari begitu menyengat dengan sinarnya, dan ketika hujan begitu lebat mencurahkan airnya. Rumah tempat kami 'pulang' setelah seharian bertebaran di muka bumi. Rumah tempat kami menyandarkan letih yang kami rasakan. Diantara padatnya jadwal kuliah, praktikum, skripsi, syuro, liqo’, da’wah, aksi dan berbagai aktivitas lainnya.
Rumah ini tlah menjadi saksi sejarah kami, generasi awal rumah cahaya.
Bagaimana kami harus berjaga di tengah letih yang mendera, melafadz ayat-demi ayat Al Qur’an diantara kantuk yang meraja.
Dimana kami harus bersabar dalam keterbatasan, saat satu persatu musyrifah menempuhi takdirnya masing-masing.
Bagaimana kami belajar berkiprah di masyarakat , membersamai ummat diantara puing-puing reruntuhan gempa, diantara riuh bacaan Alif Ba’ Ta anak-anak TPA.
Ia menjadi saksi bagaimana kami berjuang mengalahkan nafsu dan kebandelan, saat ketukan pintu membangunkan kami di pagi buta sebuah ajakan untuk bersama menghadap Rabb Semesta, atau saat dentum suara bel terdengar begitu lantang mengabarkan bahwa Al Ustadz tlah menunggu dan kelas akan segera dimulai. Suara bel itu, adakalanya terasa begitu mengintimidasi. Namun suatu saat, kami mungkin akan merindukannya.
Rumah ini tlah mempersatukan kami dalam keanekaragaman, bartahan dalam berbagai keadaan, bersama berurai airmata dan berbagi kebahagiaan.
Ada yang kan datang dan ada yang tlah pergi. Selaksa peristiwa silih berganti. Namun rumah ini tetaplah rumah cahaya, rumah tempat kami mengisi kantong-kantong kami dengan cahaya, kemudian menebarkannya di seluruh penjuru persada.
Kini, dua putaran matahari tlah kami lewati. Tiba saatnya bagi kami tuk melangkah. Berbekal cahaya di kantong-kantong kami, menjadi suluh di bumi tempat kaki kami berpijak.
Di ruang sidang kota Kalimantan, di perbankan syariah cabang Wonogiri dan Temanggung, di kedalaman rimba belantara Jakarta dan Kebumen, di pertambangan lepas pantai Nanggroe Aceh Darussalam, di pelataran candi di Temanggung dan Bengkulu, di kedutaan besar Arab Saudi cabang Kalimantan, kedutaan besar Prancis cabang Cepu, dan kedutaan besar Jepang cabang Palembang dan Kalimantan, di Lembaga Penelitian Biologi cabang Bekasi dan Tangerang, diantara bongkah-bongkah batuan bumi cilacap, di bangsal-bangsal rumah sakit Magelang, Bantul, Malang, Lampung dan Cilacap, Di laboratorium Kimia Depok, di tambak-tambak ikan Kepulauan Seribu, Depok dan Magelang, di Rumah Sakit Gigi dan Mulut cabang Palembang, di kandang-kandang ternak kota Magelang dan Magetan, di taman-taman kota Solo, di komunitas IT Palembang, di apotek-apotek kota Semarang, Purworejo, Jakarta dan Palembang, di kursi parlemen DPRD Ngawi dan Jakarta, di Balai Pusat Statistik Gunungkidul, di perusahaan industri Palembang, di instansi-instansi pendidikan, kota Salatiga, Kebumen, Bengkulu, Bogor, dan Cilacap.
Rumah ini dan segala kejadian yang ada di dalamnya, takkan pernah dapat kami lupakan. Rumah cahaya yang penuh dengan kenangan.
Rumah yang tlah mengajarkan kami tuk tetap tegar hingga di puncak harapan.
Puncak pengharapan dan cita tertinggi kami
Allahu Ghoyatuna
Ar Rasul Qudwatuna
Al Qur'an dusturuna
Al Jihad sabiluna
Al Mautu Fii Sabilillah
Asma Amanina

Menjadilah cahaya dimanapun berada. Cahaya kebaikan yang menebar terang bagi sekitar. Cahaya kehidupan yang memberi arti bagi hidup dan kehidupan.

ASMA AMANINA
Tegar Hingga di puncak Harapan
Rumah Cahaya kami
Rumah tempat kami berproses untuk menjadi cahaya.
posted by Nda^_^ at 12:19 PM 0 comments

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net