Pelabuhan Hati

Friday, November 09, 2007

Serpih yang kembali terkumpul

Hening. Suasana di lantai tiga ini begitu senyap. Sementara di anak tangga teratas, terduduk lesu dua orang anak manusia menatap hampa ke arah musholla d bawah sana.
Sore hampir menjelang senja, saat salah seorang diantara mereka berkata,
"Pulang yuk !".
Ajakan itu ditanggapi dengan angguk lemah sosok disampingnya.
Merekapun berjalan gontai menuju peristirahatannya masing-masing.
Masih lekat dalam ingatan, apa yang menyebabkan mereka begitu tidak bersemangat. Hari itu, mereka telah melewati perjalanan yang penuh perjuangan. Berjalan dengan penuh harapan menyusuri toko-toko di sepanjang ruas jalan sebelah utara selokan Mataram hingga melewati separuh lebih jalan lingkar utara. Separuh jalan yang tersisa, mereka tempuh bersama laju kendaraan hingga berhenti di sebuah persimpangan yang terletak tak jauh dari musium berbentuk kerucut kebanggaan kota ini. Langkahpun kembali terajut sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menyerahkan perjalanan mereka pada kendaraan roda empat yang berlalu lalang. Tak berhenti sampai disitu, untuk dapat mencapai tempat dimana mereka memulai perjalanan ini, mereka masih harus mengayun langkah melewati bangunan-bangunan tua yang berjajar di kiri kanan jalan, melewati empat hingga lima buah gedung bertingkat sebelum akhirnya tiba di lantai tiga ini.
Dengan letih yang mendera dan proposal yang masih utuh di tangan, mereka harus menghadapi kenyataan yang jauh dari bayangan mereka.
Enam bulan pertama ... , sebuah awal yang kurang begitu menyenangkan.
4,5 tahun kemudian ...
Kedua sosok itu kembali terlihat duduk bersama, di atas anak tangga teratas sebuah selasar pada suatu sore saat gerimis mulai menyapa. Keduanya menatap lurus ke arah musholla dengan arah yang berbeda 90 derajat dari saat 54 bulan yang lalu.
Raut kelelahan bercampur lega menghias wajah mereka, setelah seharian berjuang bersama menaklukkan ketidakpastian yang ada, mencoba menggapai harapan dan kepastian dengan sisa-sisa tenaga dan semangat yang dimiliki.
Akhirnya, mereka kembali dapat duduk bersama, setelah 4 tahun lamanya ego dan kepicikan pikir tlah menjauhkan mereka, membuat mereka saling asing satu dengan lainnya.
Ia menatap sahabatnya dengan haru. Hari ini, sahabatnya, yang selama 4 tahun terasa begitu asing baginya, telah begitu tulus membersamainya melewati saat-saat sulit. Saat dimana ketidakpastian serasa begitu menyiksa. Saat menanti keputusan, akankah ia menangis bahagia ataukah tersenyum lemah dalam duka.
Ia kembali menatap sahabatnya. Dalam hati ia berkata,
"Aku merindukanmu, Sobat... Bahagia rasanya, dapat menemukanmu dan persahabatan kita kembali, meski di saat-saat sulit menjelang akhir perjalanan ini.

Friendship is like a puzzle
Each friend you have is a piece
Some are on the border
Some are close to the center
Each brings out a piece in us
That makes us who we are



: Kom, thank's for being there for me
posted by Nda^_^ at 8:00 AM 1 comments

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net