Pelabuhan Hati

Wednesday, January 24, 2007

Solilokui sunyi

“Apa cinta itu salah ?”, Fuad berbisik pelan.
Ia tersenyum, sebelum kemudian bertanya.
‘Menurutmu ?’.
“Entahlah …”, Fuad mengangkat kedua bahunya, lalu kembali asyik dengan pikirannya.
‘Siapa yang telah menciptakan cinta ?’, tanyanya.
“Tentu saja Allah”
‘Pernahkah kau dapati ada yang salah dalam ciptaanNya ataupun dalam ketetapanNya ?’
Fuad menggeleng.
Sejenak Fuad berpikir, kemudian bertanya lagi.
“Tapi …, kenapa seolah cinta itu sesuatu yang ditakuti dan dihindari ?”
Tanya itu dibalas dengan tanya olehnya.
‘Siapa yang meletakkan cinta di hati-hati manusia ?’.
“Pastinya Allah juga”
‘Saat Allah sudah berkehendak, bisakah kita menolak, menghindar ataupun melakukan protes ?’
Fuad kembali menggeleng.
‘Tak ada seorangpun yang bisa menghindar dari cinta, Kawan. Cinta bisa datang kapan saja, dimana saja, kepada siapa saja, tanpa harus terlebih dulu meminta izin atau meminta surat rekomendasi dari seseorang. Terkadang, ia muncul secara tiba-tiba tanpa memerlukan sebuah alasan.’
Ia melanjutkan.
‘Mereka, yang merasa takut dan menghindar, karena khawatir tidak bisa menjaga diri dan hatinya dari fitnah-fitnah cinta. Mereka takut, kalau-kalau nafsu akan merasuk dalam cinta, yang nantinya hanya akan merusak cinta dan menjadikannya tersalah.’
Hening …
Fuad menarik nafas, berat … dan dalam …
“Apa yang harus kulakukan, saat aku mendapati didalam hatiku telah terdapat sebentuk cinta untuk seseorang?”

Sesaat ia tersenyum.
‘Jujurlah pada hatimu. Karena semakin kau menolak adanya, akan semakin kuat ia mengikatmu. Kemudian, bingkailah cinta itu dalam pigura keimanan dan jagalah ia dari bisikan nafsu supaya adanya tidak menyeretmu dalam lembah nista. Cinta yang fitrah, akan mampu mendorong seseorang untuk menjaga kehormatannya, memperhatikan agama dan harga dirinya. Ia akan berusaha untuk menjaga agar jangan sampai cintanya, merusak hubungan antara dirinya dengan Allah dan menghindari terjadinya perbuatan haram antara dirinya dan orang yang dicintainya.*’
“Bolehkah aku mengungkapkannya ?” Tanya Fuad
Lagi lagi, ia menjawab dengan tanya.
‘Sudahkah kau siap menanggung amanah ?’
Fuad terdiam. Bimbang.
Ada saatnya cinta perlu dan harus diungkapkan, karena dengan pengungkapan itu akan dapat membuka pintu-pintu rahmat dan kasih sayangNya. Itulah cinta yang terbungkus dalam ikatan keluarga, pernikahan, atau persaudaraan. Namun, adakalanya seseorang harus bertahan untuk tidak mengungkapkannya, karena pengungkapannya hanya kan mendatangkan fitnah dan murka dari Rabbnya’, ia berkata seolah mampu membaca keraguan dalam diri Fuad.
‘Yah, terkadang, cinta memang hanya untuk dirasa. Kau perlu bersabar dalam menghadapi cinta. Anggap cinta itu sebagai ujian dariNya. Untuk menguji sejauh mana kau mampu bertahan untuk tetap menempatkan kecintaan pada Rabbmu di atas kecintaan pada selainNya’.
Sejenak ia mengambil jeda.
’Cinta itu anugrah. Bersyukurlah, jika saat ini masih kau dapati dalam hatimu sebentuk cinta. Karena kau masih diberi kesempatan oleh Allah, untuk merasakan cinta. Lalu tempatkan cintamu pada koridor yang telah ditetapkanNya agar cinta itu selalu searah dengan kehendakNya. Itulah bentuk kesyukuranmu, atas anugrah cinta yang masih bisa kau rasakan.’
Fuad tertunduk, meresapi kata demi kata yang terlantun.
’Ah , Kawan. Hari ini, kau mengingatkanku padaNya. Ia yang Memiliki Cinta, yang tak pernah lelah menaungi kita dengan cinta, yang tak pernah bosan mengajarkan pada kita tentang cinta, yang akan selalu membukakan pintu cintaNya untuk kita, meski kadang hanya keluh dan sesal yang kita lontarkan’.
’Kita masih perlu banyak belajar Kawan. Tentang cinta dan bagaimana mencintai. Terlebih belajar untuk mencintaiNya dengan cinta yang sebenar-benar cinta’.
Fuad tertunduk semakin dalam. Setetes embun di pelupuk matanya meluncur menembus udara, meninggalkan sebuah lingkaran kecil diatas tanah tempatnya berpijak. Tetes itu begitu kecil, namun begitu tulus. Tetes yang terlahir atas nama cinta. Ia berharap tetes itu kan mampu menyampaikan cinta dari hatinya kepada Sang Pemilik Cinta, karena baru sebatas itulah perwujudan cinta yang mampu ia berikan kepada RabbNya, Sang Pemilik Cinta.


* : Ibnul Qayyim Al Jauziyah

SweetHome, 02011428
Sikapilah cinta secara bijaksana

posted by Nda^_^ at 7:47 AM 0 comments

Thursday, January 18, 2007

Inginku ...

Inginku ... hanyalah sepotong ingin diantara sekian banyak ingin yang lain
Bagaikan sesosok raga diantara luasnya semesta
Aku punya ingin, kau punya ingin, dia punya ingin, mereka punya ingin, kita semua punya ingin
Ada kalanya ingin-ingin itu saling bersinggungan atau bahkan saling berbenturan

Inginku (seharusnya) bukan sembarang ingin
Karena aku adalah manusia yang tlah terikat oleh satu janji
Hingga dalam tiap tarikan nafasnya teremban misi tuk menunai janji

Inginku harus sejalan dengan ingnNya
kepada siapa, kuikrarkan sumpahku
Ketika inginku menyelisihi inginNya
maka ia harus rela (meski dengan sekuat tenaga) menempati sebuah bilik kecil disudut hati
Terkucil, tersudut dan akhirnya terlupakan
Biarlah ... ia hanya menjadi sebatas ingin
yang bahkan tak sanggup tuk terucap menjadi pinta
terlebih tuk mewujudkannya menjadi nyata
Karena janji itu terlalu Agung tuk disalahi

Inginku akan terus ada dan selalu akan ada selama aku masih ada
Namun inginNya kan selalu meliputi inginku dan ingin-ingin yang lain, tuk selama-lamanya
Karena inginNya berada diatas segala ingin
Dan inginNya mampu mengalahkan tak hingga ingin yang lain

Memang, Ia tak selalu memenuhi semua inginku, namun Ia kan selalu memberi semua yang kubutuhkan

Ya ... Ia akan memberikan apa yang kita butuhkan, dan bukan apa yang kita inginkan

posted by Nda^_^ at 3:01 PM 0 comments

Tuesday, January 09, 2007

Suara Alam

2007 hadir, disambut dengan kabut tebal yang menyelimuti si burung besi hingga hilang tanpa jejak. Diwarnai dengan ratap tangis saudara dan handai taulan atas karamnya Senopati.
Entah … akan berapa banyak lagi airmata yang tertumpah untuk negri dan para penghuninya.
“Alam kini tak lagi ramah”, kata mereka.
“Lumpur menyembul dimana-mana, longsor mengintai kapan saja, banjir menjadi langganan tiap tahunnya, gempa sesekali turut mengayun kita”.
“Lihatlah …, bukankah alam tlah menjadi ancaman bagi kita ?” mereka kembali bersuara.
“Benarkah ?” sahut alam.
“Pernahkah kau tanya lumpur, kenapa tiba-tiba ia muncul ke permukaan ? atau tanah, kenapa ia menjadi rapuh ? atau air kenapa ia meluap ?”
“Ah … rasanya tak perlu bertanya pada kami, tak perlu pula bertanya pada rumput yang bergoyang, karena kalian tak kan mengerti bahasa kami”’.
“Bertanyalah pada jiwa-jiwa kalian. Bukankah kalian adalah makhluk yang telah dibentuk dalam sebaik-baik captaan, yang telah dibekali akal untuk berpikir dan hati untuk merasa, yang kepada kalian telah ditundukkan segala apa yang ada pada kami, yang pada bahu kalian tersandang gelar khalifah pemakmur bumi ?”.
“Jangan salahkan kami, karena kami hanya sekedar menjalani serangkaian akibat dari sebab-sebab yang telah mengawali sebelumnya”.
"Airmata demi airmata tetap mengalir. Entah, kami tak tahu, untuk apa itu semua. Apakah untuk sebuah sesal, katakutan, amarah, dendam, kepedihan, keinsyafan atau sekedar mencari simpati. Yang kami tahu, air mata itu akan tetap terus mengalir. Bukan kami yang ‘kan menghentikannya, namun kalian sendirilah yang kan sanggup mengubah air mata menjadi sebentuk senyum yang merekah bahagia"
posted by Nda^_^ at 2:51 PM 0 comments

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net