Pelabuhan Hati

Tuesday, March 18, 2008

Kurva Rasa

Pernah menyukai seseorang ?
Pastinya pernah, tak terkecuali saya.
Kalo boleh menggambarkan, perjalanan rasa suka itu ibarat sebuah kurva normal. Ada permulaan, kemudian semakin naik hingga mencapai puncaknya, setelah itu mulai berkurang hingga menuju limit.
Itu secara umum. Tentunya tiap orang mempunyai bentuk kurva masing-masing. Ada yang jarak mula hingga puncaknya kecil, ada pula yang jarak puncak dengan akhirnya yang kecil. Ada yang titik akhirnya berupa limit x mendekati tak hingga (artinya rasa suka itu tetap selalu ada seberapapun kadarnya, bahkan meski itu sejumlah 0,00000001 %), ada yang benar-benar terhenti di titik x = 0 (artinya terjadi netralisasi terhadap rasa sehingga kembali ke titik nol. Gampangannyan, ga suka, juga ga benci. Biasa aja gitu), dan adapula yang sampai limit x mendekati minus tak hingga (maksudnya terjadi invers rasa, dari suka menjadi benci).
Menurut saya, adanya perjalanan rasa itu merupakan rangkaian ujian, dimana seseorang dikatakan lulus jika ia mampu menjalani mili demi mili kurva itu dengan "selamat" tanpa membuat dirinya melewati batas aturan yang sudah ada. Jadi yang harus dilakukan adalah menjaga agar sepanjang perjalanan itu, terutama saat berada di puncak kurva, kita masih tetap bisa "sadar", tidak terhanyut perasaan, mampu menguasai keadaan, dan bisa mengendalikan diri. Dan itu bukan perkara mudah.
Sejauh ingatan saya, saya belum bisa lulus 100% dalam ujian semacam ini. Kalau diprosentase mungkin baru sekitar 60-75%.
Masih menurut saya, salah satu indikasi lulus yang qualified adalah ketika ia bisa melindungi dan membentengi rasa itu dari indra orang lain (baik mata, telinga atau indra lainnya), sehingga dari awal hingga ke akhirnya, hanya Allah dan dia sendiri yang tahu. Adanya pihak ketiga yang tahu, secara implisit menunjukkan kurangnya pengendalian diri kita.
Saya cukup salut jika ada yang seperti itu, karena saya sendiri belum pernah mencapai tahap ini. Selalu saja ada saat dimana kontrol diri menjadi lemah dan rasa itu mengambil alih kendali diri, sehingga tanpa sadar melakukan hal-hal konyol yang sebenarnya ga perlu dilakukan. Jadinya ya ... ketahuan. Padahal sudah sekuat tenaga melindunginya dari pengamatan, pendengaran maupun perasaan orang lain.
Kadang juga suka mencari-cari celah, mengakali diri sendiri, memberi toleransi dan pemakluman yang berlebihan pada diri sendiri. Yah begitulah.
Mungkin itulah sebabnya, meski sejak usia belasan saya sudah memohon-mohon pada Allah agar tak lagi diberi ujian seperti ini, tapi hingga kepala dua saya masih tetap diuji dengan hal ini.
Apakah karena saya nggak dewasa-dewasa dalam masalah ini, sehingga ga lulus-lulus ujian ?
wallahu a'lam
Harapan kedepannya, dalam jeda-jeda waktu menanti hadirnya orang yang tepat pada saat yang tepat itu, ga lagi dipusingkan dengan ujian seperti ini. Dan perjalanan rasa itu tak lagi berbentuk kurva normal, tapi menjelma menjadi kurva infinity. Tak hingga, tak ada akhir.


Tulisan yang sok ilmiah, tapi sebenarnya nggak ada ilmiah-ilmiahnya sama sekali.

Ditulis semata berdasarkan pengembaraan fikir dan rasa
posted by Nda^_^ at 12:00 PM

2 Comments:

hehe..wah anti pinter bgt ya klo menuangkan isi hati dlm sebuah tulisan, pinter memilih kata2 u/menutupi yg kenyataannya..hehe..
yah..ngomong2 ttg rasa, bener jg kali ya?yg lulus ujian rasa adalh org2 yg bs menahan rasa itu hng hny ia&Alloh sj yg tahu. smp Allohj perkenankan rasa itu u/terungkapkan scr benar pada waktu yg tepat dg orang yg tepat pula...ok? slg mendoakan dlm menhadapi ujian2 selanjutnya ya!!
btw, hiks..dh mo jauh ni ukh??

April 17, 2008 at 2:54:00 PM GMT+7  

yee rahmah ST bgttt. siapa yang menutup-nutupi kenyataan coba ???
Orang dapet ide nulis ini tuh pas lagi mo menutup hari. Biasalah ... mikir-mikir gitu, trus setelah dipikir-pikir akhirnya sampe pada kesimpulan seperti di atas.
gitu lho mah. jangan su'udzon ah !

May 19, 2008 at 5:38:00 PM GMT+7  

Post a Comment

<< Home

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net