Pelabuhan Hati

Thursday, September 02, 2004

Memo Dari Lain Dunia

Man robbuka ?!!!
Lantang suara usik ketenangan yang tengah tercipta.
Man robbuka ?!!!
Kian keras menghentak-hentak telinga setiap makhluk yang mendengarnya.
Man Robbuka ?!!!
Bagaikan halilintar dalam remang suasana. Begitu keras. Begitu dingin.
Menyiutkan nyali semua makhluk yang mengaku paling berani sekalipun. Menggetarkan dada insan yang tengah meringkuk dalam ketakutan. Menggigil, seraya menggapai-gapai kata-kata yang berhamburan. Kelu lidah terasa tak bisa berucap.
Sebuah kata yang dulu begitu seringnya terdengar, begitu mudahnya terucap, kenapa kini seolah tak mampu tuk dilafaz.
Dan Sang penanyapun sampai pada puncak luapan kemarahan. Terdengar lecutan ditingkahi jerit tangis kesakitan, melolong-lolong mengharap pertolongan. Begitu menyayat hati. Hingga anjing-anjing malam pun tak kuasa menahan kengeriannya.
Dalam keremangan, di ruang dan waktu yang berbeda. Terlihat sesosok raga diantara puluhan lainnya, tertunduk dalam. Tangisanpun tak lagi bisa dibendung. Deras dan kian deras, bagaikan seorang anak kecil yang ketakutan sewaktu melihat wajah marah ibunda tersayang. Sebuah ketakutan yang sangat, yang belum pernah dirasa, hingga tidak terasa kedua tangan tak mampu lagi menahannya. Ia menggigil, menggigil dalam takut dan harap. Takut akan lecutan yang kan segera menghantam raga, dan harap akan ada yang kan memberi pertolongan. Namun, darimana kan datang pertolongan, ketika Sebaik-baik Penolong kini berada dibelakang Sang Penanya ?.
Ketika lecutan itu terayun, maka tanganNyalah yang mengayun. Lalu siapakah yang bisa menahan ketika Sang Maha Berkehendak tlah mengayunkan lecutan itu ? Kepada siapa lagi diri ini kan meminta pertolongan ? Kepada siapa ?
Al....lah..., kenapa kata itu begitu sulit untuk terucap ? Rasanya dulu begitu mudah melafaznya. Hanya rintih dalam hati yang berusaha sekuat tenaga mengeja huruf demi huruf.
Apakah karena begitu banyaknya maksiat dan dosa yang telah dilakukan ?
Apakah bekal itu sedemikian kecil, hingga tak mampu memberi kekuatan tuk bisa menjawab ?
Hanya tanya yang tersisa.
Dan lecutan itu kembali terdengar. Lagi dan lagi, tak pedulikan pita suara yang tergetar begitu hebatnya menyuarakan kepedihan yang tiada tara.
Sosok itu masih dalam tertunduk, tergugu dalam tangis yang menyenandungkan ketakutan. Tumbuhkan tekad, tuk gunakan akal sebelum kaki melangkah, gunakan pikir sebelum tangan terayun, karena semua tak kan luput dari tanya.
Ketika lidah menjadi kelu, dan mulut terkatup tak bisa bersuara, hanya kebaikan yang kan bisa memberi kekuatan, dan hanya amal yang kan membantu menjawab.
Sesaat hari berganti. Sang surya mulai kembali tunaikan titahNya. Azzam itu masih kuat tertanam.
Namun ketika mentari tiba di separuh perjalanannya, untaiannya mulai terurai sedikit demi sedikit. Ketika jarum jam tlah berputar lebih dari 5 putaran, semua hampir tak bersisa.
Entah, kenapa ia begitu sulit untuk dipertahankan. Mungkin karena begitu kuatnya bisikan hingga bisa melunturkan tekad, atau karena nafsu yang tlah menguasai separuh diri hingga ia tak kuasa menahan. Atau bisa juga karena kolaborasi antara keduanya. Wallahu a'lam.
Sekuat tenaga tlah jua dikerahkan tuk kumpulkan lagi serpihan-serpihan semangat itu. Namun ia tak cukup mampu mengumpulkan, janganlah lagi merangkai dan menyatukan.
Ketika, semua hampir tak berbekas, ada setitik asa, saat tumbuh kesadaran diri tuk berusaha tiada henti, kembali tumbuhkan azzam yang perlahan terkikis fitnah zaman.
Semoga masih ada sisa kekuatan dan kesempatan, tuk wujudkan semua. Semoga...
Astaghfirullah...Laa haula walaa quwwata ila billah
Persinggahan para Syuhada, 260704
kala bersama merenda ukhuwah
posted by Nda^_^ at 1:11 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Opick - Cahaya Hati.mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net